Senin, 13 Maret 2017

Antara Cinta dan Persahabatan

Judul Cerpen Antara Cinta dan Persahabatan
Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Segitiga, Cerpen Penyesalan, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 12 January 2014
Jam dinding sudah menunjukan jam 5.14. Aku segera berangkat ke sekolah, aku bersekolah di SMP NEGERI 2 di daerah Jombang. Aku termasuk anak yang pendiam dan jenius.
Aku punya teman yang bernama Diky, ia adalah sahabat terbaikku, kami berdua sering membicarakan tentang cinta. Hingga di suatu hari Diky bercerita kalau dia menyukai seorang perempuan cantik yang bernama Putri, Putri adalah sahabat terbaikku juga, jadi aku memberitahu putri bahwa Diky menyukainya. Putri juga pernah bercerita kepadaku kalau ia dulu juga mencintai Diky, jadi aku memberi tahu diky kalau putri juga mencintainya. Tanpa befikir lama lagi diky pun lansung menembak putri. Hingga akhirnya mereka berdua jadian.
Hari demi hari mereka lalui dengan penuh rasa kasih sayang, dan penuh dengan kemesraan, bila mereka berdua ada masalah, aku selalu memberi masukan dan solusinya, hingga hubungan mereka kembali rekat lagi.
Setelah 3 tahun kemudian, Aku dan teman teman satu sekolah mengadakan suatu perpisahan, perpisahan sekolah terasa sangat senang hingga kita semua sampai lupa waktu, hingga sore perpisahan pun belum salesai, adzan maghrib terdengar sedang berkumandang, kami semua segera bergantian mengambil air wudhu, setelah aku selesai wudhu, aku pun langsung mengambil microphone untuk mengumandangkan adzan maghrib.
Setelah selesai sholat berjamaah kami semua berpamitan kepada guru guru kami, dan meminta doanya, agar kami semua bisa mencapai ke jenjang sekolah yang lebih tinggi dan menggapai cita cita kami. Kami semua pun segera pulang ke rumah masing masing dengan rasa bahagia dan capek.
Jam berputar dengan cepat hingga tidak terasa bahwa aku dan teman teman harus mencari sekolah kejuruan yang kami inginkan. Aku pun mengajak diky untuk ke sekolah yang aku inginkan, akan tetapi diky tidak mau, karena ia kasihan sama orangtuanya yang tidak sanggup membiayainya, diky masuk ke sekolah yang agak relatif murah, yang biayanya dapat dijangkau oleh kedua orangtuanya.
Aku memilih ke sekolah yang aku ingingkan. Pertama kali masuk ke sekolah kejuruan terasa seperti mimpi. Dari dulu aku memang ingin masuk ke sekolah kejuruaan. Aku memilih jurusan Teknik Komputer dan Jaringan atau TKJ. Aku memang menyukai dengan bidang elektronik.
Setelah lama tidak bertemu dengan sahabatku diky, aku pun pergi main ke rumahnya setelah pulang dari sekolah. Setelah sampai di rumahnya diky, diky bercerita banyak tentang hubunganya dengan putri. Ian bercerita bahwa hubungan mereka sudah kandas di tengah jalan. Aku pun turut prihatin atas semua kejadian yang dialami oleh diky.
Sepulang dari rumahnya diky, aku menuju ke rumahnya putri, aku bertanya ke putri “mengapa sampai hubungan kalian berdua kandas di tengah jalan?”, putri menjawab “sebenarnya aku dari dulu tidak mencintai diky, tapi aku mencintai kamu”. Aku pun terkejut dengan apa yang diucapkan oleh putri. Aku menjawab semua perkataan itu dengan lembut. “Aku sebenarnya juga mencintai kamu put, tapi aku memendam rasa itu karena aku tahu kalau sahabatku sendiri juga mencintai kamu…”
Setelah perbincangan itu aku dan putri pun menjalin sebuah hubungan. Hubungan kami sangat istimewa, karena tidak ada masalah sedikit pun. Setelah 1 tahun berjalan, diky mengetahui kenapa putri memutuskan untuk pisah dengannya. Diky pun marah marah kepadaku. Sepanjang hari Aku selalu minta maaf kepadanya akan tetapi ia masih tidak mau memaafkan aku.
Satu tahun kemudian, ia pun mau memaafkan aku dan melupakan semua yang terjadi, aku merasa sangat senang dan bahagia. Aku juga bercerita bahwa hubungan aku dengan putri sudah kandas di tengah jalan, diky bertanya kepadaku, “jangan bilang kalau gara-gara aku hubungan kalian kandas di tengah jalan, aku tidak bermaksud untuk menghancurkan hubungan kalian, tapi aku memang sangat marah dan kecewa sama kamu dan putri!”, aku menjawab pertanyaan itu “santai aja brow, bukan gara-gara kamu kok, tapi memang kita sudah tidak ada kecocokan lagi…”.
Suatu hari, diky bercerita kepadaku kalau ia sedang naksir seorang temannya, temannya itu bernama Ayu. Aku sangat mendukung usaha diky untuk mencari hubungan lagi. Setelah aku dikenalin dengan ayu, kami jadi sering ketemu dan jalan bareng. Hingga kedekatan aku dengan ayu semakin dekat, rasa cinta mulai tumbuh di antara kita berdua. Tapi aku mulai sadar kalau aku tidak boleh melakukan kesalahan lagi, aku tidak mau diky marah besar lagi kepadaku.
Aku berusaha untuk menjahui ayu, akan tetapi ayu masih mencari aku, hingga aku kasihan kepadanya. Malam harinya aku main ke rumahnya ayu, ternyata ayu sedang menangis di kamarnya, aku secara diam diam masuk ke kamarnya, dan berusaha untuk menenangkannya. Aku tidak kuasa menahan rasa kasihanku, tiba tiba ayu memeluk aku dengan sangat kencang, dan sambil menangis ia berkata “aku tidak mau kehilangan kamu, jadi kamu jangan pernah meninggalkan aku lagi za…”, aku pun mejawab kata kata itu “ayu, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu lagi, aku juga sangat mencintai kamu, sekarang kamu jangan nangis lagi za…”. Karena terhanyut dalam suasana aku dan ayu tidak menyadari, bahwa dari tadi diky sudah ada disitu.
Aku pun berusaha untuk melepaskan tangan ayu dari pelukannya, akan tetapi ayu masih saja memeluk aku, dan tidak mau melepaskan aku. Diky lari keluar rumah sambil menangis dan mengucapkan kata kata kepadaku “dasar, bajingan kamu, katanya sahabat tapi apa..?, kamu mengambil semua itu dariku”.
Terdengar suara montor yang sangat kencang, ternyata itu diky, dengan rasa emosi diky melajukan motornya dengan sangat kencang, hingga di tikungan jalan juga terdapat truk yang melaju sangat kencang. Tabrakan pun tidak dapat dihindari. Diky meninggal di tempat kejadian itu. Aku sangat menyesal dengan apa yang aku perbuat selama ini, kematian diky itu gara-gara aku.
Hingga akhirnya aku menyimpulkan semua itu bahwa “sahabat itu lebih penting dari pada cinta, dan juga seorang sahabat sejati itu sangat sulit dicari… jadi jangan pernah menyianyiakan seorang sahabat sejati…”
Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar